HALLOUPDATE.COM – Citigroup pada Rabu 30 November 2022 memperkirakan pertumbuhan global akan melambat hingga di bawah 2,0 persen tahun depan, menggemakan proyeksi serupa dari lembaga keuangan besar seperti Goldman Sachs, Barclays, dan J.P. Morgan.
Ahli strategi di broker itu mengutip tantangan lanjutan dari pandemi COVID-19 dan perang Rusia-Ukraina yang meroketkan inflasi ke level tertinggi beberapa dekade dan memicu pengetatan kebijakan agresif sebagai alasan di balik prospek tersebut.
“Kami melihat kinerja global kemungkinan (sedang) diganggu oleh resesi tingkat negara yang ‘bergulir’ sepanjang tahun mendatang,” kata Ahli Strategi Citi yang dipimpin oleh Nathan Sheets.
Bank investasi Wall-Street itu juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi AS akan turun lebih dari setengahnya menjadi 0,7 persen pada tahun 2023 dari proyeksi awal pertumbuhan 1,9 persen pada tahun 2022.
Baca Juga:
Proyeksi Pertumbuhan Perekonomian Tiongkok pada 2024 dan 2025 Meningkat, Kata Goldman Sachs
Tersangka Penembak Donald Trump, FBI Sebut Telah Terpantau Lebih dari Satu Jam Sebelum Kejadian
Sertifikasi Profesi, BNSP Tawarkan Dukungan pada Pekerja Migran di Hongkong
Citi memperkirakan inflasi AS tahun-ke-tahun di 4,8 persen tahun depan, dengan suku bunga terminal Federal Reserve AS diproyeksikan antara 5,25 persen dan 5,5 persen.
Di antara geografi lainnya, Citi melihat Inggris dan kawasan euro jatuh ke dalam resesi pada akhir tahun ini, karena kedua ekonomi itu menghadapi panasnya kendala energi di sisi penawaran dan permintaan, bersama dengan kebijakan moneter dan fiskal yang lebih ketat.
Untuk tahun 2023 Citi memproyeksikan Inggris dan kawasan euro masing-masing berkontraksi 1,5 persen dan 0,4 persen.
Di China, broker memperkirakan pemerintah untuk melunakkan kebijakan nol-COVID, yang diperkirakan akan mendorong pertumbuhan produk domestik bruto sebesar 5,6 persen tahun depan.
Baca Juga:
Beberapa Perusahaan Terkemuka Tiongkok akan Jadikan Malaysia Pusat Kegiatan di Kawasan
Iran Dituding Ikut Terlibat Bantu Rusia, Konflik Rusia – Ukraina Semakin Meluas
Harga Minyak Turun Tajam Akibat Permintaan Lemah dan Kekhawatiran Resesi Global
Pasar negara berkembang, sementara itu, diperkirakan tumbuh 3,7 persen, dengan pertumbuhan 5,7 persen India lebih lambat dari prediksi 6,7 persen tahun ini terlihat memimpin di antara ekonomi-ekonomi utama.***