LINGKAR INDONESIA – Ruhut menjadi kribo? Lho bukankah Ruhut saat ini berambut tipis kok menjadi kribo?
Ya, tapi ini bukan persoalan fisik apalagi urusan rambut melainkan sifat dan sikap.
Maksudnya adalah bahwa Ruhut Sitompul sedang mengikuti dan mendukung pandangan Zein Assegaf alias Habib Kribo.
Karena dengan menyamakan diri inilah maka Ruhut menjadi Kribo.
Baca Juga:
Bisa Hemat Biaya Pengadaan hingga 30 Persen, Prabowo Perangi Korupsi dengan Luncurkan e-Katalog 6.0
2 Wanita Pengedarkan Obat Penggugur Kandungan Ilegal Ditangkap Polisi, Gunakan Resep Palsu
Ucapan tidak bermutu dan ketakutan sendiri Zein Assegaf alias Zein Kribo berkaitan dengan kekhawatiran bahwa Anies Baswedan akan menjadi Presiden pada Pilpres 2024.
“Negara akan hancur”, kata Kribo he hee hancur apanya. Halusinasinya terus muncul “gerakan radikal akan tumbuh subur jika Anies jadi Presiden” Kribo menggigil ketakutan hebat.
Kribo berteori dan mulai menghasut eh memotivasi “Besok kalau anda mau pilih Presiden, pilih yang didukung Jokowi. Istilah kalau jaman Nabi, Kira-kira yang awam ini kita ikut orang yang bener.”
“Siapa sekarang kita punya orang bener. Siapa kita punya Presiden terbaik? Adalah Jokowi”. Ga jelas maksudnya apakah Jokowi disamakan dengan Nabi ?
Baca Juga:
Rilispers.com Pasarkan Publikasi Press Release di 150+ Portal Berita Milik Sapulangit Media Center
Tarik Investor Global Masuk Indonesia, Menko Airlangga Hartartato Beberkan Sejumlah Langkahnya
Polisi Ungkap Hasil Tes Urine, Usai Periksa Remaja Pelaku Pembunuhan Ayah dan Neneknya di Jaksel
Pikiran kriting eh kribo seperti itu yang diamini dan dipuji Ruhut.
“Aku kasih nilai 100 waspada, waspada waspadalah NKRI harga mati. Pancasila Ideologi Negara Indonesia tercinta yang harus terusss kita lestarikan. Syukron Habieb Kribo. Merdeka”, kata Ruhut Sitompul.
Belum juga masuk tahapan Pilpres namun Ruhut dan Kribo sudah gemetaran.
Mungkin sejawat lainnya seperti Denny Siregar dan Abu Janda juga mengalami penyakit yang sama.
Baca Juga:
Sejak Erick Thohir Ketua Umum PSSI, Peringkat FIFA Timnas Indonesia Menanjak, dari 152 Menjadi 125
Prabowo Subianto akan Bertemu dengan Raja Charles III, dan Perdana Menteri Inggris Keir Starmer
All out berusaha untuk menghancurkan Anies Baswedan yang dianggap lawan. Rupanya kubu mereka tidak siap untuk berkompetisi secara sehat.
Maklum bisanya hanya pintar sembunyi di ketiak kekuasaan. Kolam cebong bergolak hebat. Jokowi melemah cengkeramannya.
Partai koalisi tidak lagi solid karena masing-masing mencari posisi untuk 2024. Oposisi justru semakin kuat.
Buzzer belingsatan dan berkomentar ngawur. Maklum panik. Ya contohnya Habib Kribo dan Ruhut itu.
Portal berita ini menerima konten video dengan durasi maksimal 30 detik (ukuran dan format video untuk plaftform Youtube atau Dailymotion) dengan teks narasi maksimal 15 paragraf. Kirim lewat WA Center: 085315557788.
Jika Anies atau lainnya dari kubu non-Jokowi menjadi Presiden, maka terbayang wajah-wajah kecut para buzzer sedang menggali kuburannya sendiri. Kasihan.
Habib Kribo ini adalah wajah kribo pemikiran keagamaan. Konon Syi’ah? Aneh keturunan Arab justru membenci Arab. Sangat dangkal pemahaman keagamaannya.
Masa si Kribo pernah menyamakan Asmaul Husna dengan Trinitas dan mendalilkan pelacur lebih ibadah di depan Tuhan karena melacur itu mencari makan.
Kribo dan teman temannya gemar meneriakkan Kadrun kepada umat Islam. Persis seperti PKI dahulu menyerang umat dengan sebutan Kadal Gurun (Kadrun).
Para buzzer dan penista agama itu lupa bahwa perilaku memberi status dan melecehkan itu sama saja dengan deklarasi bahwa dirinya adalah Qirdun atau monyet.
Ingatlah ketika menyebut orang sebagai Kadrun anda adalah Qirdun.
Allah mengutuk Yahudi menjadi Qirdun alias monyet karena mereka melanggar Syari’at berebut ikan di hari Sabtu.
Nah, baiknya para buzzer itu sadar bahwa melecehkan dan mempermainkan agama dan umat beragama adalah melanggar syari’at.
Dan kutukan masyarakat atas perilaku seperti itu adalah Qirdun. Monyet.
“Kuunuu qirodatan khoosi-iin” Jadilah kalian kera-kera yang hina–QS Al Baqarah 65.
Opini: M Rizal Fadillah, Pemerhati Politik dan Kebangsaan.***