HALLOUPDATE.COM – Tiga ormas pendiri Partai Golkar meminta Airlangga Hartarto untuk mundur dari posisi Ketua Umum DPP Golkar.
Ormas tersebut adalah Kosgoro 1957, ormas Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong (MKGR), dan Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (SOKSI)
“Pak Airlangga tidak apa-apa di kementerian. Memimpin (sebagai) Menteri Koordinator Bidang Perekonomian,” kata Wakil Ketua Umum Dewan Pimpinan Sentral Organisasi Karyawan Swadiri (Soksi) Lawrence TP Siburian.
“Sebaiknya Partai Golkar diserahkan kepada yang lebih mampu untuk menjaga dan mempertahankan paling tidak meningkatkan suara dari 14 persen naik,” ujar Lawrence TP Siburian.
Baca Juga:
2 Wanita Pengedarkan Obat Penggugur Kandungan Ilegal Ditangkap Polisi, Gunakan Resep Palsu
Rilispers.com Pasarkan Publikasi Press Release di 150+ Portal Berita Milik Sapulangit Media Center
Menurut Lawrence TP Siburian, Airlangga sebagai Ketua Umum DPP Golkar tidak jelas akan membawa partai berlambang pohon beringin tersebut ke arah mana.
Baca artikel menarik lainnya, di sini: Golkar Belum Tentukan Arah Politik Bersama Koalisi Indonesia Bersatu, Airlangga Hartarto: Tunggu Dulu
Oleh karena itu, dirinya mendorong Golkar agar melakukan musyawarah luar biasa (musnaslub) untuk menggantikan posisi Airlangga Hartarto sebagai Ketua Umum DPP Golkar.
Lawrence berharap sosok tokoh pengganti Airlangga memiliki kemampuan untuk memimpin Golkar menghadapi Pemilu 2024.
Baca Juga:
Tarik Investor Global Masuk Indonesia, Menko Airlangga Hartartato Beberkan Sejumlah Langkahnya
Polisi Ungkap Hasil Tes Urine, Usai Periksa Remaja Pelaku Pembunuhan Ayah dan Neneknya di Jaksel
Sejak Erick Thohir Ketua Umum PSSI, Peringkat FIFA Timnas Indonesia Menanjak, dari 152 Menjadi 125
Sebab, menurut Lawrence TP Siburian, sudah tiga tahun Golkar tidak melakukan manuver capres dan cawapres.
Padahal, waktu pendaftaran bakal calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) menyisakan waktu tiga bulan lagi.
Saat ini elektabilitas Airlangga Hartarto hanya mencapai satu persen dan perolehan suara Golkar sebesar 14 persen.
Lalu, apabila ingin membentuk koalisi baru, masih terdapat partai yang belum menentukan arah dukungannya, yakni PAN.
Baca Juga:
Prabowo Subianto akan Bertemu dengan Raja Charles III, dan Perdana Menteri Inggris Keir Starmer
Momen Akrab Prabowo Subianto bersama Recep Tayyip Erdoğan hingga Presiden Korsel di KTT G20 Brazil
Lawrence mengatakan PAN yang memiliki perolehan suara sebanyak 7 persen bergabung dengan Golkar.
Maka kedua partai itu telah memenuhi presidential threshold 20 persen sebagai syarat untuk mencalonkan capres dan cawapres.
Kendati demikian, sambung dia, koalisi kedua partai itu tidak akan membawa kemenangan.
Pasalnya, Airlangga Hartarto hanya memiliki elektabilitas capres sekitar satu persen.
Portal berita ini menerima konten video dengan durasi maksimal 30 detik (ukuran dan format video untuk plaftform Youtube atau Dailymotion) dengan teks narasi maksimal 15 paragraf. Kirim lewat WA Center: 085315557788.
“Tidak ada orang yang mau ikut pemilu capres-cawapres untuk kalah, semuanya mau menang.”
“Oleh karena itu, kami melihat dampaknya kepada Partai Golkar nanti dalam pemilihan anggota legislatif,” jelas Lawrence TP Siburian.
Lawrence TP Siburian juga menargetkan Golkar dapat mengisi 100 kursi di DPR RI.
Lawrence mengaku sudah memiliki perhitungan dan analisis angka dari Sabang sampai Merauke.
“Nanti kenyataannya pada waktu pemilu yang akan datang. Tapi kami sudah tahu persis bahwa ini berbahaya,” tambah dia.
Berbagai survei menyebutkan Golkar akan turun ke nomor 4 atau 5.
Hal ini dinilai menurunkan posisi Golkar sebagai partai besar menuju partai menengah dan bahkan tidak menutup kemungkinan menjadi partai gurem.
“Karena apa? Setiap pemilih masuk ke ruang pemilihan yang pertama dia coblos ya capres dan cawapres dia, yang dia sukain.”
Baru, kedua, partai dari capres dan cawapres dia coblos,” ungkap Lawrence TP Siburian.***