Ekspor Meningkat Lebih Cepat dari Impor, Masalahnya Mengapa Rupiah Tetap Melemah?

Avatar photo

- Pewarta

Jumat, 6 Januari 2023 - 04:32 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Dr Faisal Basri, Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF). (Dok. Ist)

Dr Faisal Basri, Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF). (Dok. Ist)

HALLOUPDATE.COM – Terjadi pelemahan fondasi ekonomi nasional yang semakin lama semakin buruk. Hasilnya ekonomi memang tumbuh tetapi kerdil.

Yuks, dukung promosi kota/kabupaten Anda di media online ini dengan bikin konten artikel dan cerita seputar sejarah, asal-usul kota, tempat wisata, kuliner tradisional, dan hal menarik lainnya. Kirim lewat WA Center: 087815557788.

PDB akan terus melambat dan sampai 2024 mendatang sepertinya akan serupa saja.

Sementara para calon presiden saat ini belum kunjung menawarkan akan membawa Indonesia seperti apa.

ADVERTISEMENT

RILISPERS.COM

SCROLL TO RESUME CONTENT

Di bawah ini adalah 5 artikel yang disarikan dari Diskusi Publik Awal Tahun 2023 INDEF “Catatan Awal Tahun 2023 dari Ekonom Senior INDEF”, sebagai berikut:

1. Demokrasi Politik di Era Reformasi Berjalan Sayangnya Oligarki Ekonomi Mengendalikan Politik – Prof Dr Didin S Damanhuri

2. Utang Belasan Ribu Triliun Rupiah Diwariskan Kepada Pemimpin Indonesia yang akan Datang – Prof Dr Didik J Rachbini

3. Ekspor Meningkat Lebih Cepat dari Impor, Masalahnya Mengapa Rupiah Tetap Melemah? – Dr Faisal H Basri

4. IMF Ramalkan 2023 Sepertiga Negara di Dunia akan Alami Resesi Ekonomi – Dr. M. Fadhil Hasan

5. Ancaman Krisis Pangan di Dalam Negeri pada 2023 Jauh Lebih Besar, Apalagi Jika Produktivitas Rendah – Dr M. Nawir Messi

Terakhir, rata-rata pendapatan negara melandai dibandingkan negara-negara tetangga yang pada awal pembangunannya berada pada titik yang hampir sama dengan Indonesia dulu.

Seperti Korea, China, Malaysia, Thailand. Sementara Vietnam dan Filiphina sebentar lagi akan menyusul Indonesia.

Sektor penghasil barang, memang sudah pulih dari covid 19 dan PDB pada 2022 mencapai 5,4 % lebih tinggi dari sebelum covid. Tetapi, stukturnya timpang sekali.

Yang pulih adalah sektor jasa 7% – 11%, sementara sebagian besar rakyat Indonesia masih bertumpu pada sektor pengahasil barang.

Sektor jasa hanya menopang sektor barang. seperti jasa transportasi dari hasil pertanian dan lain-lain.

Pemulihan ekonomi yang terjadi luar biasa timpang, antara sektor jasa dengan sektor barang. Ada rongga yang kian melebar dari keduanya.

Struktur ekonomi politik membuat kegiatan instan lebih utama karena medapat uang lebih mudah, cryptocurrency. dll. yang jauh dari dunia rakyat nyata.

Petumbuhan Industri manufaktur mengalami pertumbuhan yang praktis selalu lebih rendah dari PDB.

Jadi mengalami pelambatan sebelum mencapai titik optimum, dibandingkan negara lain.

Pertumbuhan industi kita merosot tajam sehingga hanya 18,3%. Sebentar lagi disalib Vietnam, tetapi jauh tertinggal dari China, Thailand dam Malaysia.

Padahal, kalau sektor industri lemah maka kelas menengah juga kana lemah – buruh formal sedikit.

Akibatnya, karena struktur manufaktur lemah maka yang bisa dijual keluar juga terbatas produk manufakturnya.

Tidak heran, jika kita menjadi semakin terus bergantung pada ekspor komoditas yang hanya butuh daya tenaga fisik, dan bukan kerja otak untuk meningkatkan produktivitas.

PDB dan pertumbuhan industri yang melambat sangat dipengaruhi oleh unsur teknologi/IT.

2

Total Faktor Productivity Indonesia mandeg dan turun tajam. Tiga perempat sumbangan pertumbuhan dikontribusi oleh modal fisik atau produksi komoditas.

Faktor dalam pertumbuhan yang menggunakan kerja otak dipengaruhi oleh:

1. Teknologi dan Inovasi.
2. Kondisi Pasar dan Ekonomi,
3. Culture and Society.

Pada ketiga faktor tersebut, Indonesia terus mengalami penurunan.

Hal penggunaan modal otot/fisik Indonesia hanya sebanding dengan negara-negara Laos, Myamar, Bhutan, Bangladesh, Fiji dan Brunei yang 71 % produktivitas nya hanya mengandalkan kerja otot/fisik.

Di Indonesia ekspor meningkat lebih cepat dari impor. tetapi mengapa rupiah tetap melemah?

Karena ekspor dilakukan oleh sektor komoditas dan bukan oleh kemampuan pertumbuhan ekspror dari industri yang merata. 

Pada 2022, 77 % ekspor batubara dilakukan oleh segelintir grup-grup usaha yang hasil ekspornya tidak dimasukkan ke dalam negeri dan memperkuat cadangan devisa

Tetapi memarkir dana hasil eksport di Luar negeri, sehingga rupiah tetap melemah.

Pertumbuhan ekspor didominasi oleh:

Portal berita ini menerima konten video dengan durasi maksimal 30 detik (ukuran dan format video untuk plaftform Youtube atau Dailymotion) dengan teks narasi maksimal 15 paragraf. Kirim lewat WA Center: 085315557788.

1. CPO – 58%,

2. Besi dan Baja, dinikmati oleh hampir semua perusahaan smelter china untuk nikel.

3. Komoditas sawit dan batubara yang menyumbang 52% total ekspor komoditas.

Jadi hanya 3 komoditi itu.

Oleh: Dr Faisal Basri, Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF)

* Artikel disarikan dari Diskusi Publik Awal Tahun 2023 INDEF “Catatan Awal Tahun 2023 dari Ekonom Senior INDEF” Kamis, 5 Januari 2023.

** Diskusi publik menghadirkan para pembicara: Prof Dr Didin S Damanhuri, Prof Dr Didik J Rachbini, Dr. M.Fadhil Hasan, Dr Faisal H Basri, dan Dr M. Nawir Messi.***

Berita Terkait

Indonesia Dorong Produksi Sorgum untuk Atasi Ketergantungan Beras
Kerja Sama Pertanian Indonesia-Palestina Disepakati di Tengah Krisis Kemanusiaan
BRI Tegaskan Layanan Stabil di Tengah Investigasi Kasus EDC oleh KPK
RUPST Phapros 2025 Tak Ubah Direksi, Fokus Efisiensi dan Tata Kelola
Panen Naik 15 Persen, Wamentan Ungkap Jurus Swasembada ala Prabowo
Tambang Nikel Kontrak Karya Masuk Geopark? PT GAG Nikel Dihentikan, Empat Izin Lain Dicabut
Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) Tanggapi Tuduhan Kartel Bunga Pinjaman
Stabilitas Ekonomi Nasional Dorong Lonjakan CSA Index, Tanda Arah Pasar Semakin Jelas
Berita ini 10 kali dibaca
Jasasiaranpers.com dan media online ini mendukung program manajemen reputasi melalui publikasi press release untuk institusi, organisasi dan merek/brand produk. Manajemen reputasi juga penting bagi kalangan birokrat, politisi, pengusaha, selebriti dan tokoh publik.

Berita Terkait

Jumat, 11 Juli 2025 - 15:22 WIB

Indonesia Dorong Produksi Sorgum untuk Atasi Ketergantungan Beras

Selasa, 8 Juli 2025 - 10:19 WIB

Kerja Sama Pertanian Indonesia-Palestina Disepakati di Tengah Krisis Kemanusiaan

Rabu, 2 Juli 2025 - 09:51 WIB

BRI Tegaskan Layanan Stabil di Tengah Investigasi Kasus EDC oleh KPK

Selasa, 1 Juli 2025 - 13:25 WIB

RUPST Phapros 2025 Tak Ubah Direksi, Fokus Efisiensi dan Tata Kelola

Senin, 23 Juni 2025 - 15:53 WIB

Panen Naik 15 Persen, Wamentan Ungkap Jurus Swasembada ala Prabowo

Rabu, 11 Juni 2025 - 14:38 WIB

Tambang Nikel Kontrak Karya Masuk Geopark? PT GAG Nikel Dihentikan, Empat Izin Lain Dicabut

Kamis, 15 Mei 2025 - 09:12 WIB

Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) Tanggapi Tuduhan Kartel Bunga Pinjaman

Rabu, 7 Mei 2025 - 19:35 WIB

Stabilitas Ekonomi Nasional Dorong Lonjakan CSA Index, Tanda Arah Pasar Semakin Jelas

Berita Terbaru